Jumat, 28 Juni 2013

Manga

Manga, atau komik Jepang. Pastinya kita apalagi para penggemar Jepang sangat tidak asing dengan istilah ini. Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang teori-teori membosankan. Yang ingin saya terangkan disini adalah lebih spesifik ke pembuatan, bagaimana cara membuat manga? Alat-alat apa saja yang dibutuhkan? Dan bagaimana perkembangan perkomikan Indonesia sampai saat ini? Langsung saja kita check it out ~
Berikut adalah genre-genre yang ada di manga. Selain itu, banyak dari jenis-jenis berikut juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.
  • Aksi : Bercerita tentang pertempuran, perkelahian, atau kekerasan
  • Fantasi : Bercerita tentang benda-benda aneh atau memiliki kekuatan di luar logika, dunia yang tidak terlihat atau lain
  • Historis : Bercerita tentang sejarah seseorang, benda, ataupun suatu tempat
  • Seni bela diri : Bercerita tentang berbagai seni bela diri
  • Misteri : Bercerita tentang sebuah misteri
  • Roman/Percintaan : Bercerita tentang percintaan
  • Olahraga : Bercerita tentang berbagai olahraga
  • Supernatural) : Orang-orang yang berada dalam manga tersebut memiliki kekuatan di luar logika
Sedangkankan genre komik berdasarkan jenis pembaca
  • Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo (子供) — untuk anak-anak.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (女性) (atau redikomi) — wanita.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen (青年) — pria.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo (少女) — remaja perempuan.
  • Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen (少年) — remaja lelaki.





Alat-alat yang biasa dipakai dalam membuat sebuah manga kira-kira seperti ini:
  • ·         Pensil 2B dan pensil mekanik: digunakan pada saat membuat sketsa, pensil 2B biasanya digunakan pada saat memberikan contoh efek.
  • ·    Penghapus: tentu saja untuk menghapus goresan yang tidak perlu. Beberapa kali saya menemukan penghapus yang malah bikin kotor lembar kerja, karena itu saya sarankan menggunakan penghapus hitam atau abu-abu, setidaknya untuk mengurangi bekas kotor pada kertas.
  • ·       Drawing Pen: digunakan pada saat melakukan inking / penintaan sketsa. Ukuran drawing pen macam-macam, namun saya biasa memakai yang 0.05 dan 0.1, untuk garis panel mungkin bisa menggunakan ukuran yang lebih tebal.
  • ·         Spidol: alternatif saya untuk menebalkan garis panel, tapi spidol bisa bleber kemana-mana kalau ga hati-hati.
  • ·         Komputer dan Scanner: digunakan sehabis proses inking, naskah di scan ke komputer dan diteruskan untuk diberi efek dan teks.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk membuat manga adalah menentukan tema cerita, apa yang kita angkat dalam cerita kita? Konflik apa yang ada dalam cerita? Bagaimana penyelesaiannya? Setelah itu kalian bisa menambahkan bumbu-bumbu pelengkap untuk mempermanis komik kalian. Setelah cerita sudah jadi, mulai ke membuat naskah komik, tentunya kita tak akan lepas dari pembuatan naskah yang nantinya akan dibaca penikmat komik. Dalam membuat naskah komik pertama-tama kita akan membuat naskah kasar terlebih dahulu, atau bisa juga disebut name. Dalam name ini kita akan brainstorming, memikirkan apa saja yang ada dalam satu lembar naskah, dialog, dan pengambilan gambar. Membuat name tidak perlu bagus-bagus, yang penting bisa dipahami dan bisa dilanjutkan ke tahap inking.
Setelah naming selesai kita akan mentracing sketsa tersebut, tracing atau mengulang kembali gambar dengan cara dijiplak membutuhkan meja tracing, namun jika tidak ada bisa diakali dengan meja kaca dan lampu. Sketsa yang sudah ditinta itu yang digunakan untuk diterbitkan, karena itu lakukan dengan hati-hati. Lakukan penintaan secukupnya, karena proses selanjutnya akan beralih ke komputer.       
Setelah penintaan selesai, saatnya menscan naskah dan memberi efek di komputer. Banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk membuat komik dan memberi efek, untuk saya memakai Photoshop Cs3, dengan beberapa tambahan brush dan pattern yang dibutuhkan. Beri efek seperlunya dan beri teks pada balon teks yang sudah dibuat. Kira-kira hasilnya seperti ini:
name > naskah jadi
Pada naskah tersebut saya melakukan tracing di komputer, karena saya tidak punya meja tracing ataupun meja kaca. Hehe  


Itu hanya sekedar pengalaman saya dalam membuat naskah komik, sebenarnya ada banyak cara dalam membuat komik, bahkan tanpa komputer pun kamu bisa. Namun untuk yang full tradisional memang membutuhkan ketelatenan dan kocek yang cukup dalam untuk memberi efek pada naskah seperti membeli screentone, tinta, dll.
Cukup lama menggeluti bidang ini, saya mulai mencoba mewarnai gambar-gambar yang saya buat. Hal ini bisa juga dipraktekkan dalam naskah komik. Komik berwarna, ya, menarik bukan jika komik yang kita baca berwarna? namun pasti harganya lebih mahal sekali. :P
Sampai saat ini saya masih mengembangkan skill demi membuat komik dengan kualitas layak jual, karena itu saya akan membuat gambar-gambar dibanding melanjutkan komik. Berikut contoh gambar yang saya warnai:
 
Villea The Little Merchant
Shin Azumi from "Hikari to Yami"


Aslinya bahasa Jepang biasanya ditulis dari kanan ke kiri, sehingga penggambaran manga dan ditulis dengan sistem seperti ini di Jepang, yang umum disebut sebagai istilahnya "raw" (mentah). Hal ini berbeda dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang biasa membaca dari kiri (atau sebagai patokan cover depan ada di bagian kiri) ke kanan. Sebelum tahun 2000-an, menyikapi masalah perbedaan budaya ini, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gambar dan halamannya umumnya di-flip sehingga dapat dibaca dari kiri ke kanan. Hal ini menyebabkan sering terlihat tokoh tokoh dalam komik terlihat kidal (penggunaan tangan kiri yang dominan) dan sedikit aneh
Untuk beberapa manga yang tidak mempermasalahkan keadaan terbalik ini, hal semacam ini tidak terlalu dipermasalahkan, namun kerancuan menjadi sangat mengganggu dalam terjemahan manga genre detektif seperti Detektif Conan, Q.E.D atau Detektif Kindaichi yang sering memberikan informasi/petunjuk yang sangat menyesatkan pembaca karena pada bagian cerita di bab depan tidak sesuai dengan hasil deduksi/kesimpulan dari tokoh utama maupun fakta yang tergambar dalam cerita. Bahkan dalam suatu buku cerita, kadangkala hanya satu panel yang dibalik (pada bagian deduksi) yang semakin memperparah inti cerita. (lihat gambar di samping)
Manga pertama yang mepertahankan format seperti format Jepang asli (raw) adalah Rurouni Kenshin. Selain itu, beberapa penulis komik seperti Takehiko Inoue yang menciptakan komik Slam Dunk tidak setuju karya mereka diubah begitu saja dan minta agar karya mereka dibiarkan dalam format aslinya (raw). Kini, manga-manga yang terbit di Indonesia biasanya sudah diterbitkan dalam format aslinya, terutama untuk pernerbit terbitan "LEVEL COMICS" semuannya sudah mengikuti format asli RAW Jepang, kecuali untuk beberapa judul dari penerbit "Elex Media Komputindo" yang sebagian ada yang telah mulai diterbitkan sebelum tahun 2000-an.


 
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Manga)

0 komentar :

Posting Komentar